Kalau dah namanya perempuan... ... ...
1. Kalau perempuan tanya: Lawa ke budak pompuan tu?
Makna tersembunyi: Siapa yang paling lawa? I ke,budak pompuan tu?
2. Kalau perempuan tanya: You dah makan ke belum?
Makna tersembunyi: Jom pi makan. Lapar ni!
3. Kalau perempuan kata: Lawa-lawa la baju kat sini, yek.
Makna tersembunyi: Belikanlah untuk I.
4. Kalau perempuan kata: Rasa macam nak pening la.
Makna tersembunyi: Tolong picit kepala.
5. Kalau perempuan kata: Letihnya hari ni. Mana nak masak, basuh kain-baju lagi...
Makna tersembunyi: Kita makan kat luar jelah.
Lepas tu, tolong basuh kain-baju sekali, yek.
6. Kalau perempuan kata: Kita lebih sesuai berkawan saja.
Makna tersembunyi: I tak nak kat you. Tak paham-paham ke?
7. Kalau perempuan kata: I suka berkawan dengan you. You baik,memahami bla bla bla...
Makna tersembunyi: Hish... I rasa macam minat sesangat kat you a.Rasa macam
nak jadi awek you je.
8. Kalau perempuan tanya: You pernah tak teringatkan awek you yang dulu?
Makna tersembunyi: Kalau nak gaduh, kalau berani sangat, sebut la nama dia depan
aku.
9. Kalau perempuan kata: I sanggup berkorban demi kebahagiaan you.
Makna tersembunyi: Amboi! Aku kena berkorban.Habih, hangpa dua ekoq gak yang
seronok.
10. Kalau perempuan kata: I tak kisah kalau memang betul you nak kahwin lagi satu.
Asalkan you berterus-terang dengan I, bersikap jujur dan berlaku adil.
Makna tersembunyi: Sapa kata aku tak kisah? Adil ke tak adil,aku tak kira!
Langkah mayat aku dulu sebelum nak menikah lagi satu
btol ker...?
Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Khamis, 19 Mei 2011
Saatnya untuk menikah
"Apabila datang kepadamu seorang laki-laki datang untuk meminang yang engkau redha terhadap agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi." - HR Tarmidzi dan Ahmad
Saya tidak tahu apakah ini merupakan Hukum Sejarah yang digariskan allah
Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan nyaris tak menemukan jalan keluarnya.
Mereka menunda-nunda pernikahan tanpa ada alasan Syar'ie dan akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat menginginkannya.
Atau ada yang sudah benar-benar gelisah tak kunjung ada yang mahu serius.
Lingkaran Ketakutan Berlanjutan
Bila di usia dua puluh tahunan mereka menunda pernikahan karena takut dengan ekonominya yang belum mapan, di usia menjelang tiga puluh hingga tiga puluh lima berubah lagi masalahnya.
Laki-laki mengalami Sindrom Kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30).
Mereka (laki-laki) menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi.
Seperti Hukum Kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori.
Begitu pula Kriteria Tentang Jodoh, ketika menetapkan kriteria yang terlalu banyak maka akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita.
Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun, masalahnya bukan kriteria tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya?
Ketika usia sudah 40-an, ketakutan kaum laki-laki sudah berbeza lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya.
Jika sebelumnya banyak kriteria yang dipasang pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi isteri dengan baik.
Lebih-lebih lagi ketika usia beranjak 50 tahun, ada ketakutan lain yang mencekam.
Iaitu kekhawatiran ketidakmampuan mencari nafkah sementara anak masih kecil.
Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan khawatir kematian lebih dahulu menjemput sementara anak-anak masih banyak perlu dinasihati.
Bila Iman Tiada Makan Muncul Putus Asa
Jangan ditunda-tunda apa yang menghimpit saudara kita sehingga mereka sanggup menitiskan air mata.
Awalnya adalah kerana mereka menunda apa yang harus disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan. Padahal Rasulullah s.a.w. berpesan:
Wahai Ali, ada Tiga perkara jangan ditunda-tunda; apabila Solat telah tiba waktunya, Jenazah apabila telah siap penguburannya, dan Perempuan apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya." - HR Ahmad
Hadis ini menujukkan agar tidak boleh mempersulit pernikahan baik langsung mahupun tak langsung.
Secara 'lansung' adalah menuntut mahar yang terlalu tinggi. Atau yang sejenis dengan itu. Ada lagi yang 'tidak secara langsung'.
Mereka membuat kebiasaan yang mempersulit, meski nyata-nyata menuntut mahar yang tinggi atau resepsi yang mewah.
Sebahagian orang mengadakan acara peminangan sebagai acara tersendiri yang tidak boleh kalah mewah dari resepsi pernikahan sebahagian lainnya melazimkan acara penyerahan hadiah atau wang belanja untuk biaya pernikahan secara tersendiri.
Bila seseorang tak kuat menahan beban, maka bisa saja melakukan penundaan pernikahan semata-mata hanya kerana masalah ini.
Saya sangat khawatir akan keruhnya niat dan bergesernya tujuan, sehingga pernikahan itu kehilangan barokahnya.
Naudzubillah! Penyebab lain adalah lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan memberi rezeki atau boleh jadi cerminan dari sifat tidak qona'ah (mencukupkan diri dengan yang ada).
Pilihlah Yang Bertaqwa
Suatu saat ada yang datang menemui Al Hasan (cucu Rasulullah). Ia ingin bertanya sebaiknya dengan siapa putrinya menikah? Maka Al Hasan r.a berkata:
"Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Ini kerana, jika laki-laki mencintainya, ia memuliakannya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak akan berbuat zalim kepadanya."
Nasihat Al- Hasan menuntun kita untuk menjernihkan fikiran. Jika kita menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tiada meski cuma benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi jiwa.
Wallahu alam bi showwab.
Saya tidak tahu apakah ini merupakan Hukum Sejarah yang digariskan allah
Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan nyaris tak menemukan jalan keluarnya.
Mereka menunda-nunda pernikahan tanpa ada alasan Syar'ie dan akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat menginginkannya.
Atau ada yang sudah benar-benar gelisah tak kunjung ada yang mahu serius.
Lingkaran Ketakutan Berlanjutan
Bila di usia dua puluh tahunan mereka menunda pernikahan karena takut dengan ekonominya yang belum mapan, di usia menjelang tiga puluh hingga tiga puluh lima berubah lagi masalahnya.
Laki-laki mengalami Sindrom Kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30).
Mereka (laki-laki) menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi.
Seperti Hukum Kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori.
Begitu pula Kriteria Tentang Jodoh, ketika menetapkan kriteria yang terlalu banyak maka akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita.
Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun, masalahnya bukan kriteria tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya?
Ketika usia sudah 40-an, ketakutan kaum laki-laki sudah berbeza lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya.
Jika sebelumnya banyak kriteria yang dipasang pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi isteri dengan baik.
Lebih-lebih lagi ketika usia beranjak 50 tahun, ada ketakutan lain yang mencekam.
Iaitu kekhawatiran ketidakmampuan mencari nafkah sementara anak masih kecil.
Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan khawatir kematian lebih dahulu menjemput sementara anak-anak masih banyak perlu dinasihati.
Bila Iman Tiada Makan Muncul Putus Asa
Jangan ditunda-tunda apa yang menghimpit saudara kita sehingga mereka sanggup menitiskan air mata.
Awalnya adalah kerana mereka menunda apa yang harus disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan. Padahal Rasulullah s.a.w. berpesan:
Wahai Ali, ada Tiga perkara jangan ditunda-tunda; apabila Solat telah tiba waktunya, Jenazah apabila telah siap penguburannya, dan Perempuan apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya." - HR Ahmad
Hadis ini menujukkan agar tidak boleh mempersulit pernikahan baik langsung mahupun tak langsung.
Secara 'lansung' adalah menuntut mahar yang terlalu tinggi. Atau yang sejenis dengan itu. Ada lagi yang 'tidak secara langsung'.
Mereka membuat kebiasaan yang mempersulit, meski nyata-nyata menuntut mahar yang tinggi atau resepsi yang mewah.
Sebahagian orang mengadakan acara peminangan sebagai acara tersendiri yang tidak boleh kalah mewah dari resepsi pernikahan sebahagian lainnya melazimkan acara penyerahan hadiah atau wang belanja untuk biaya pernikahan secara tersendiri.
Bila seseorang tak kuat menahan beban, maka bisa saja melakukan penundaan pernikahan semata-mata hanya kerana masalah ini.
Saya sangat khawatir akan keruhnya niat dan bergesernya tujuan, sehingga pernikahan itu kehilangan barokahnya.
Naudzubillah! Penyebab lain adalah lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan memberi rezeki atau boleh jadi cerminan dari sifat tidak qona'ah (mencukupkan diri dengan yang ada).
Pilihlah Yang Bertaqwa
Suatu saat ada yang datang menemui Al Hasan (cucu Rasulullah). Ia ingin bertanya sebaiknya dengan siapa putrinya menikah? Maka Al Hasan r.a berkata:
"Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Ini kerana, jika laki-laki mencintainya, ia memuliakannya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak akan berbuat zalim kepadanya."
Nasihat Al- Hasan menuntun kita untuk menjernihkan fikiran. Jika kita menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tiada meski cuma benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi jiwa.
Wallahu alam bi showwab.
Isnin, 16 Mei 2011
Janji Bertemu di Syurga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata: "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku'. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu:
''Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. (Yunus: 15).
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata: "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan perasaan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan si pemuda itu seringkali berziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendo'akannya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya: "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab: "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan".
Pemuda itu bertanya: "Jika demikian, kemanakah kau menuju?"
Dia jawab: "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata: "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab: "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Subha-nahu wa Ta'ala) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si Pemuda bertanya: "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
''Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. (Yunus: 15).
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata: "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan perasaan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan si pemuda itu seringkali berziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendo'akannya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya: "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab: "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan".
Pemuda itu bertanya: "Jika demikian, kemanakah kau menuju?"
Dia jawab: "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata: "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab: "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Subha-nahu wa Ta'ala) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si Pemuda bertanya: "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Langgan:
Catatan (Atom)